Sabtu, 14 Maret 2009

Hikayat Seorang Penari

Wangi setanggi menusuk ingatan
Pada dua belas rembulan
: seorang penari menari di tengah altar

Darahnya mengalir sampai ke Merauke
Menyuburkan jerit buruh dan tani
Yang tenggelam dalam badai buatan para kapital
ribuan bayi menangis
Mencari tetek ibunya yang telah lama tergadai

Malaikat pun enggan datang ke tempat semaksiat ini

Kitab-kitab menjadi sakarin yang diemut anak-anak
Sekolah menjadi dongeng kosong
Ibu-ibu memilih kehilangan rahim, karena
Setetes mani saja tak cukup untuk kehidupan
Yang diatasnamakan cinta

Wangi setanggi menusuk ingatan
Pada tiga belas rembulan
: seorang penari mati di tengah altar
Tubuhnya kulai
Terbujur hingga ke tanah Rencong
Menyenyapkan jejerit kaum papa
Para kapital bertempik sorak,
mengangkang di atas tubuh yang
hidup namun memayat

malaikat telah lama beranjak dari tempat ini

kitab-kitab menjelma pajangan
menjadi cagar budaya
tanpa perlu dilestarikan

: seorang penari telah dikremasi sore tadi

Tidak ada komentar: