Sabtu, 14 Maret 2009

Kepada Yang Maha Tuan

kepada yang maha tuan, sajak ini kutuliskan
dalam bait-bait yang belum sempat menjadi tawa

begitu saja rindu menawan bidadari pembawa marjan
apa sebab tuan menahan dalam remang?
tidakkah terlihat aku bergelegak?
di tanganku sudah tergantung cawan dan daun-daun
yang dikirimkan para moyang
aku melata sudah
dalam gerigi yang kautanam pada jalan-jalanmu

o, yang maha tuan
lakon apa yang tuan ingin aku mainkan?
kecapi dan siter ditanggal sudah
sajak dan lakon dibakar sudah
tak ada sekedar panggung untuk mementaskan maha karyaku
bahkan sekedar nyala lilin untuk korneaku

mengapa pula tirai kau tutup?

aku merapal mantra
aku mengaya sukma
aku menjahit kesetiaan menjadi penutup aurat

aku bahkan telah membacamu
sungguh, tuan, telah kubaca kau dalam
garis-garis daun yang jatuh ke tanah
sore ini
wajahmu coklat

o, yang maha tuan
apakah sajakku akan kau singgahkan
ke bukit thursina seperti saat musa melihat cahayamu?

o,
begitu susah aku menjadi
sekedar ibrahim yang dilempar dalam tungku menyala

Tidak ada komentar: