kepada yang maha tuan, sajak ini kutuliskan
dalam bait-bait yang belum sempat menjadi tawa
begitu saja rindu menawan bidadari pembawa marjan
apa sebab tuan menahan dalam remang?
tidakkah terlihat aku bergelegak?
di tanganku sudah tergantung cawan dan daun-daun
yang dikirimkan para moyang
aku melata sudah
dalam gerigi yang kautanam pada jalan-jalanmu
o, yang maha tuan
lakon apa yang tuan ingin aku mainkan?
kecapi dan siter ditanggal sudah
sajak dan lakon dibakar sudah
tak ada sekedar panggung untuk mementaskan maha karyaku
bahkan sekedar nyala lilin untuk korneaku
mengapa pula tirai kau tutup?
aku merapal mantra
aku mengaya sukma
aku menjahit kesetiaan menjadi penutup aurat
aku bahkan telah membacamu
sungguh, tuan, telah kubaca kau dalam
garis-garis daun yang jatuh ke tanah
sore ini
wajahmu coklat
o, yang maha tuan
apakah sajakku akan kau singgahkan
ke bukit thursina seperti saat musa melihat cahayamu?
o,
begitu susah aku menjadi
sekedar ibrahim yang dilempar dalam tungku menyala
Sabtu, 14 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar